Halo kembali bersamaku
melankolis muda, hehehe. Baiklah mungkin kali ini akan menjadi cerita yang
sedikit berbeda. Memang masih seputar jalan-jalanku. Tapi, ada yang membuat
cerita ini hampir tak ingin aku tulis. Karena keberanianku begitu kecil dalam
menciptakan sebuah kata demi kata sehingga terbentuklah kalimat. Mengukir Kisah
Di Yogyakarta. Mungkin dari kata tersebut bisa diartikan bahwa perjalananku
kala itu menyenangkan. Hmmm tapi itu salah besar. Mengapa begitu? Terus baca
deh biar ngerti apa dan mengapa aku, ketika di Yogyakarta?
Dimulai sejak dari
Kabupaten Semarang. Sebuah reminder muncul di smartphone kesayangan. Bahwa di
tanggal tersebut aku sudah membuat jadwal trip ke Yogyakarta. (Flashback) Memang
sudah dipersiapkan secara matang sih sebelumnya kalau aku bakalan pergi ke
Yogyakarta bersamanya untuk sekedar berkeliling dan menikmati waktu. Karena
memang pernah ada keinginan namun tidak jadi berangkat karena suatu hal. Dan aku
gak pengen dong gak jadi lagi seperti itu. Maka aku persiapkanlah secara matang
dan mendetail. Namun, Yogya kembali tak bersahabat denganku kala itu. Setelah
matang semua, jadwal pun sudah tertera. Semua menjadi wacana belaka. Yah,
“DIA”. Dia yang membuat planning-ku Mungukir
Kisah Di Yogyakarta batal dan hancur berantakan. Ahhh, sudahlah, mungkin
memang tak seharusnya aku berharap untuk menciptakan kisah di Yogyakarta.
Reminder saat aku
tengah di Semarang, terus mengganggu. “Mengapa tak sempat ku hapus sih?” Itulah
yang saat itu muncul di pikirannku. Dan pada akhirnya aku memilih meneruskan
perjalanan ke Yogya ketimbang pulang. Sekalian aja sih. Dengan tujuan main. Dan
berangkatlah naik bus saat itu. Tak ada pikiran aneh apapun selama perjalanan.
Yang ada hanya cepatlah sampai dan aku bisa berkeliling.
Singkat cerita, aku pun
sampai di Yogyakarta. Nampaknya aku bisa Mungukir
Kisah Di Yogyakarta kali ini. Tepat di hari kedua aku mulai jalan-jalan
menyusuri kota yang selalu bikin kangen ini. Yah karena aku dihari pertama
sampenya malem, jadi hari kedua baru ku mulai. Kebetulan ada temen nih yang mau
diajakin ke salah satu wisata yang lagi hits yang berada di daerah Bantul. Namanya destinasi wisata kali ini yaitu Bukit Watugupit. Kadang
sih disebut Bukit Paralayang Parangtritis. Destinasi yang memberikan suguhan sunset yang luar biasa. Kurang lebih 1,5 jam menyusuri
jalanan. Sampai juga sih. Masuknya bayar 20 ribu deh 2 orang di kawasan
parangtritisnya. Terus di kawasan wisatanya 20 ribu kayaknya. Agak lupa aku.
Yang penting mah aku bisa masuk aja. Oh iya parkir motornya 5 ribu sih. (mudah lupa
banget dah aku ini emang).
Suasana Yang Membuat Hati Semakin Ruyam! |
Berjalanlah dari
parkiran. Aku keluarkan senjata pamungkas. Sebuah kamera dengan 2 lensa
sekaligus (biar hasil video dan jepretan manteb). Dan tak lupa sebungkus rokok
biar pas gitu. Masak iya mau menikmati senja gak bawa rokok hmmm. Kurang
rasanya ntar. Belum lama berjalan, sudah terlihat muda-mudi sedang berpasangan.
Orang dewasa juga sedang asyik menikmati suasana dengan sang istri. Disinilah
perasaan mulai kembali bergejolak.
Terus saja ku
langkahkan kaki ini. Hingga tak sadar sudah berada diatas bukit (padahal dari
tempat parkir sampai atas bukit hanya 5 menit, hehe). Aku jepret-jepret yang
banyak pas udah sampe. Bikin beberapa video untuk persiapan post Instagram.
Biar nanti ada kenang-kenangan gitu. Dan pastinya tak lupa aku buat story
Instagram dan WhatsApp. Gak afdol kan kalau jalan-jalan tapi gak bikin story?
Begitulah kaum millennial saat ini, karena aku juga termasuk. Kemudian berujung
dengan aku sulut sebatang rokok yang udah berada di kantong jaket sebelah
kiriku.
Selang 5 menit,
munculah notifikasi WhatsApp. Mata seakan tak percaya dan gugup membaca.
Mengapa aku sedemikian lupa? Aku diingatkan oleh candaan kawan yang sebenarnya
garing. Tapi bener-bener masuk sampe hati buatku. Bukit Watugupit ini menjadi
salah satu tempat tujuan di rencana tripku. Astaga! Betapa bodohnya. Aku hanya
terpana. Diam. Dan sangat tidak menikmati senjaku kala itu. Hingga rokok kedua
pun aku sulut untuk sekedar menangkan pikiran yang tak karuan.
Keberanian Menentukan Segalanya |
Setelah batang rokok
kedua tersulut, pikiran sedikit lebih jelas mengalir. Aku beranikan untuk
membuat video pendek. Dan aku kirimkan padanya. Iya, “DIA”, yang sudah merusak
rencanaku untuk Mungukir Kisah Di
Yogyakarta. Kutuliskan bahwa aku menepati janjiku sendiri untuk datang ke
tempat ini. Entah apapun responnya tak kulihat yang pasti aku merasa sedikit
lebih lega dengan itu. Memang, seharusnya aku tak sendirian saat datang ke
bukit watugupit ini. Tapi, sudahlah. Ceritanya sangat jauh berbeda.
Senjaku Tak Seindah Seperti Biasanya |
Senja yang hangat pun
tak dapat kunikmati seutuhnya. Semakin lama semakin kemerahan langit kurasakan.
Ku dengarkan lagu (Banda Neira – Sampai Jadi Debu) yang membuat suasana menjadi
semakin menyedihkan kala itu. Alunan piano seakan mengikuti deru ombak yang
terdengar samar dari kejauhan. Pengunjung silih berganti duduk dan berdiri.
Angin laut menerpa seperti taka da henti. Aku hanya termenung menikmati senjaku
dengan sedikit senyuman kecil atas kekecewaan yang ada. Ruyam! Namun tak ingin
rasanya cepat berlalu.
Matahari turun semakin
tak terlihat. Daku menolak pergi namun malam datang menyelimuti. Mau bagaimana
lagi? Pastinya harus aku beranjak dari tempat yang mungkin bakalan tidak pernah
aku lupain. Berjalanlah menuju tempat parkir. Bintang menyambut dengan
tariannya. Rembulan sedikit malu menampakkan diri karena kelabu seperti
terlihat dari ujung utara. Motorpun kuraih dan kembali siap menyusuri jalanan.
Dan berakhirlah cerita senjaku di Bukit Watugupit.
Cerita Perjalanan Tak Selalu Menghasilkan Suka |
Itulah ceritaku tentang
Mungukir Kisah Di Yogyakarta. Tak
selamanya cerita perjalanan menghasilkan suka bukan? Sedih pun juga bisa.
Karena aku sudah mengalaminya. Mungkin kamu punya cerita yang mirip denganku?
Ceritain di kolom komentar deh. Kita berbagi cerita. Oke, tunggu cerita lainnya
yang seru, bikin mupeng, ataupun sedih seperti cerita kali ini dariku ya.
Terima kasih.~
Astagfirullah, ingin ku korbankan saja wanita itu. Digorok, digeprek, disambelin
BalasHapusDibuat jus enak kayaknya sih mas hehe gimana?
HapusMenikmati keindahan memang sangat didambakan. Tetapi lebih didambakan jika menikmatinya bersama "DIA".
BalasHapusDia sudah bersama orang lain sih. Ya mau gimana lagi kan hehe. Jalan ya jalan aja jadinya.
HapusJalan jalan gak papa kak asal masih tau arah jalan pulang.
BalasHapusAku ingin tau dia siapa 😌
BalasHapusTanya pada rumput yang bergoyang. . .
Hapus