Jalan lurus nan bercabang
Sungai berkelok satu tujuan
Batu kecil namun tak bersinar
Senja yang selalu datang tepat pada waktunya
Tapi bulan enggan untuk datang
Harumnya seluruh bunga ditaman
Tak seharum satu mawar merah yang berduri
Namun
Semua itu tak dihiraukan sang kesatria
Berlari tanpa rasa
Meskipun darah bagai kolam di depan mata
Rasa yang telah mati
Waktu tidak pernah berhenti
Suara dentuman menusuk telinga
Serta peluru senjata yang penuh didada
Kesatria yang memiliki sumpah
Tak pernah berhenti ataupun pulang
Bagai mata tertutup buta dan telinga tuli tersumbat
Sebelum mentari menyongsong di kemudian hari
Penutup Mata Sang Kesatria
Ya ampun pinter-pinter amat bikin beginian.. waktu sma dulu, sering disuruh buat puisi, ujung-ujungnya nyontek buku puisi dari perpus. ahahahah :D
BalasHapushehe masih belajar kok
HapusThanks for sharing, I think this is a very meaningful article
BalasHapus