Siapa
yang tidak tahu R.A. Kartini? Yah, seorang pejuang kaum perempuan di era Hindia
Belanda tengah menjajah bumi pertiwi Indonesia. Dialah sosok yang sangat
dikagumi oleh kaum hawa, dengan kata-katanya yang masih terngiang-ngiang sampai
sekarang yaitu habis gelap terbitlah
terang. Dengan sosok yang seperti itu, snagat dibanggakan oleh bumi pertiwi
bahwa dahulu di bumi pertiwi pernah ada seorang yang sangat mencitai tanah
kelahirannya, sangat menghormati orang tuanya, dan sangat ingin meninggikan
derajat kaum wanita di bumi pertiwi Indonesia.
Pada
bulan April 2016, ada kabar bahwa seorang tokoh pejuang Indonesia yang
dijadikan sebagai cerita dalam film layar lebar. R.A. Kartini ada seorang tokoh
pejuang tersebut yang dijadikan film yang berjudul Surat Cinta Untuk Kartini. Pada mulanya saya tidak terlalu tertarik
dengan film tersebut. Namun pada akhirnya, saya mendengar bahwa film yang berjudul
Surat Cinta Untuk Kartini ini sangat
menghebohkan. Dan juga ketika melihat antusiasme para penggemar film Indonesia
yang mengatakan film ini adalah film yang yang patut untuk ditonton.
Setelah
sepekan saya hanya mendengar desas-desus, cerita-cerita dari teman mengenai
film Surat Cinta Untuk Kartini akhirnya
saya melihat secara langsung. Dalam acara nobar di salah satu bioskop yang
ternama di Jakarta. Kesan pertama yang dirasakan adalah rasa ingin tahu yang
sangat menjadi-jadi, apakah iya yang dikatakan oleh orang-orang mengenai film
ini.
Ketika
film sudah diputar, yang pertama dimulai yaitu tentng seorang guru perempuan
yang ingin bercerita kepada anak didiknya, namun anak didiknya tidak mau.
Akhirnya seorang guru laki-lakilah yang bercerita. Dari awal intro filmnya
sangat menarik, tidak monoton karena biasanya intro film yang cenderung masuk
dalam cerita yang ingin dipersembahkan kepada penonton. Dalam cerita yang
dibawakan oleh guru laki-laki tersebut diceritakan adalah seorang pengantar
surat pada zaman penjajahan Hindia Belanda di bumi pertiwi. Dia bernama
Sarwadi, dia duda yang telah memiliki seorang anak perempuan yang bernama Arum.
Istrinya meninggal ketika melahirkan Arum. Sarwadi membesarkan Arum seorang
diri.
Dalam
bekerja mengantarkan surat, Sarwadi mengantarkan surat ke kantor Bupati Jepara.
Pada saat itu pula dia melihat pertama kali seorang Kartini, seorang gadis
sekaligus anak dari Bupati Jepara. Sarwadi, seketika terkesima melihatnya. Dari
saat itu Sarwadi memiliki perasaan terhadap Kartini. Perjalanan hidup Kartini
pada saat itu sangat diperhatikan oleh seorang Sarwadi sang pengantar surat.
Ketika seorang Kartini ingin mengajar anak-anak perempuan di tanah
kelahirannya, Sarwadi antusias dengan hal tersebut. Bahkan dia ingin pula Arum
anaknya diajar dan sepintar seorang Kartini. Seorang Sarwadi pada saat itu
langsung menyiapkan tempat itu mengajar Kartini. Memang tempatnya tidak seperti
gedung, namun ada di alam terbuka. Pada permulaan Kartini mengajar, hanya
seorang Arum anak seorang Sarwadi yang hadir. Namun seorang Kartini tidak
menyerah begitu saja. Kartini datang ke kampung-kampung masyarakat mengajak
para orang tua untuk membiarkan anak-anaknya belajar bersama Kartini. Tidak
mudah untuk Kartini menyakinkan para masyarakat. Namun pada hari-hari
berikutnya banyak anak yang datang untuk belajar bersama Kartni.
Sarwadi
masih terus saja memperhatikan Kartini. Rasa asmaranya semakin menjadi saja.
Pernah seketika seorang Sarwadi jatuh sakit karena mendengar bahwa anak dari
Bupati Jepara dipinang oleh salah satu keturunan ningrat. Namun sahabat dari
Sarwadi menyadarkan dan memberi sepucuk surat untuk Sarwadi, dan Sarwadi
langsung sehat walafiat. Namun semua itu hanya bohong belaka yang dilakukan
oleh sahabat Sarwadi tersebut dan akhirnya sahabat dari Sarwadi jujur dan juga
mengatakan bahwa yang dipinang bukanlah Kartini melainkan adiknya. Sarwadi sang
pengantar surat sudah tidak lagi patah hati.
Pada
kemudian hari, Kartini mendirikan sekolah di kediamannya. Namun tidak berselang
lama kabar pernikahan Kartini terdengar kembali. Namun untuk kali ini kabar
tersebut tidaklah hanya kabar, namun memang benar-benar akan terlaksana. Kartni
langsung jatuh sakit dengan hal tersebut. Lain hal dengan Sarwadi sang
pengantar surat, dia yang selalu memperhatikan Kartini selalu memberikan suport
agar Kartini menolak pinangan tersebut dan terus melanjutkan cita-citanya yang
ingin meninggikan kaum hawa dengan mendirikan sekolah bumi putera. Tapi seorang
Kartini juga seorang anak, yang mau tidak mau harus patuh terhadap orang tua,
apalagi Kartini sudah tidak muda lagi dan harus menikah. Pada saat satu
kesempatan, seorang Sarwadi bertemu dengan Kartini di pantai. Pada saat itulah
seorang Sarwadi sang pengantar surat menyatakan cintanya. Namun apa daya itu
hanya sebuah pernyataan.
Beberapa
lama kemudian Kartini menikah. Setelah pernikahan Kartini, Sarwadi sang
pegantar surat berhenti dari pekerjaannya. Dia pindah dari Jepara ke Semarang
dan bekerja sebagai seorang petani disana. Anak dari seoarang Sarwadi yang memang
telah mengenyam pendidikan dari seorang Kartini tetap belajar dan terus
belajar. Dan akhirnya seorang Arum menjadi seorang pengajar di tempat
tinggalnya. Ini membuat seorang Sarwadi menjadi bangga, dan tahu bahwa
perjuangan dari Kartini tidaklah sia-sia yang pada mulanya dia mengira bahwa
itu tidak akan ada hasilnya. Kini Sarwadi sadar akan perjuangan yang dilakukan
Kartini. Suatu hari Sarwadi mengajak Arum ke tempat Kartini yaitu Rembang.
Ketika Sarwadi dan Arum sampai di Rembang. Mereka kaget karena seorang Kartini
yang mereka hormati telah meninggal. Tapi Kartini menitipkan sebuah surat
kepada Sarwadi.
Setelah
menelaah kisah yang ditampilkan dalam kisah Surat
Cinta Untuk Kartini, kisah begitu nampak bahwa kisah ini merupakan kisah
cinta. Namun dalam kisah cinya tersebut tidak hanya sebuah kisah cinta biasa
yang dituangkan, namun efek komedi, latar cerita, dan masalah yang timbul juga
memberikan kesan yang sangat bagus. Pesan moral yang ditampilkan oleh sang
pembuat film juga sangat mengena. Dan setelah saya menonton sendiri, saya tahu
bahwa film ini memanglah tidak main-main dan sangat bermutu.
Keren ya film nya hehe
BalasHapus