Kereta
rel listrik sangatlah berpengaruh dalam lalu lintas Jabodetabek. Sebagai warga
yang menetap di Jakarta, pastinya gua sering melakukan perjalanan menggunakan
Kereta Rel Listrik atau yang biasanya di kenal dengan nama KRL. Perlu diketahui
kalau sebenarnya KRL ini sangat membantu warga yang ingin bepergian dengan
biaya murah untuk daerah Jabodetabek. Dengan hanya biaya Rp.2000,- untuk jarak
pertama dan Rp.1000,- setiap penambahan 5 km selanjutnya kita bisa keliling
Jabodetabek. Yah termasuk gua ini, sebagai mahasiswa yang sering bepergian
keliling.
Gua
punya sedikit cerita nih. KRL yang ada sebenarnya ada di kenyataan gak istimewa
seperti yang gua bayangkan dulu ketika belum di Jakarta. Semula yang gua
bayangin nih, KRL itu dingin teratur, dan aman. Tapi itu salah besar. Sejak
baru pertama mencoba menggunakan angkutan masal yang bisa menganggut mungkin
1000 orang lebih ini, gua langsung disuguhi dengan kepadatan antrian masa yang
juga ingin menggunakan KRL. Dan ketika dalam gerbong kereta ternyata penuh
sesak dengan masa yang berdesakan. Bahkan sering juga terjadi tindak kriminal
di KRL, baik kriminal pencopetan maupun juga tindak asusila terhadap kaum
perempuan.
Tapi
dibalik itu semua. Gua sering melihat hal-hal unik yang terjadi di KRL. Hal ini
gak pernah aku temui sebelumnya. Ternyata di KRL terbentuk sebuah pola yang
sebenarnya dapat dipahami. Pola ini diciptakan oleh para pengguna KRL itu
sendiri. Pertama, karena wanita sangat dipriorotaskan dalam KRL ini, jadi ya
dibuatlah gerbong khusus wanita. Tapi anehnya, satpam penjaga yang ada di
gerbong khusus wanita bukanlah wanita melainkan laki-laki. Jadi apakah
sebenarnya yang terjadi? Gerbong khusus wanita ada seorang laki-laki
didalamnya. Pada saat pengumuman dari pusat informasi yang ada dalam KRL juga
sering diucapkan bahwa gerbong paling depan dan paling belakang adalah khusus
wanita. Seharusnya yang diucapkan oleh pusat informasi ada ata terkecuali
satpam, atau satpam laki-laki diganti wanita, agar tepat dalam penggunaannya.
Bukan
hanya itu sebenanya pola yang terjadi. Para masa yang berebut masuk ke dalam
KRL itu sebenarnya mirip dengan kenyataan didunia. Para manusia yang berebut
tempat untuk duduk dengan nyaman, jika tidak duduk setidaknya dapat berdiri
dengan pegangan yang nyaman dan aman. Untuk itu semua pastilah bharus ada
pengorbanan yang terjadi, dimana kita harus berdesakan, masuk cepat-cepat,
bahkan tak jarang harus rela bersenggolan adu kekuatan tubuh saat ingin masuk
berebut. Yah seperti itulah kehidupan yang terjadi didunia, manusia haruslah
penuh dengan pengorbanan yang harus dilakukan untuk hidup dengan nyaman. Tapi,
saat kita duduk kadang kita harus mengalah untuk berdiri karena mempersilahkan
orang yang lebih membutuhkan. Kali ini sama lagi seperti kehidupan, bahwa kita
juga harus saling berbagi dan menolong,
karena didunia ini bukan milik kita sendiri.
Cerita-cerita
banyak terbentuk di KRL Jabodetabek. Pengalaman yang gua dapatkan sangatlah
banyak dan menarik. Ketika harus ikutan berdesakan dan berebut dalam KRL,
berdiri dari start sampai finish karena gak kebagian tempat duduk, ada juga gua
sampai dapat tidur-tiduran di dalam gerbong karena begitu longgarnya. Namun
yang sangat berkesan yaitu saat gua bisa selfie-selfie dalam gerbong KRL. Itu
terjadi dua kali selama pengalaman gua naik KRL, yang pertama saat gua dari
Depok mau balik ke Jakarta, karena begitu sepinya gua dan temen-temen yang lain
bisa foto-foto di gerbong. Nah yang kedua saat bepergian mau ke Bogor. Saat ini
gua sama temen satu kelas bareng-bareng ke Bogor, sekali lagi gua foto-foto
bareng sama temen-temen. Bahkan gua juga bisa foto salah seorang satpam yang
menjaga gerbong.
Gerbong
KRL juga bagaiman panggung teater yang ada sekilah dalam kehidupan. Selama gua
menggunakan KRL begitu banyak orang yang silih berganti berkenalan satu sam
lain. Tapi sekarang tak pernah bertemu kembali. Tak jarang pula gua melihat
seorang laki-laki yang pura tertidur agar gak berdiri karena ada wanita
didepannya. Itu sering kali terjadi dan kerap gua lihat. Kadang juga kerap gua
lihat satu keluarga yang barebf naik KRL, mereka bercengkerama, bergurau, dan
saling menjaga satu sama lain. Itulah yang kadang membuat gua iri, kadang juga
terpitas pikiran dan keinginan, “kapan gua bisa bareng-bareng bisa menikmati
angkutan masal yang di Indonesia tergolong masih sangat langka ini”. Yah
mungkin sih suatu saat nanti gua bisa, itulah yang selalu akhir pemikiran gua.
KRL
sebenarnya bukan hanya angkutan masal yang bisa mengangkut ribuan masa dalam
satu rangkaian kereta, tapi juga saran untuk berlibur, yah meskipun hanya bagi
mahasiswa yang kekurangan piknik kayak gua ini hehe. Juga sebagai transportasi
yang tepat walau harus berdesakan. Tapi cobalah naik KRL saat hari biasa dan
jam orang bekerja, maka kalian aka dapat merasakan betapa nyamannya angkutan
masal ini. Naiklah KRL dalam perjalanan yang mungkin bisa ditempuh dengan KRL,
karena dengan begitu kita juga membantu pemerintah, menghargai pemeritah, serta
juga membatu pemerintah memecahkan solusi macet yang kerap kali terjadi.