Awalnya saya belum pernah travelling sendiri ke luar kota selain sama keluarga alias liburan keluarga. Tapi saat akhir mau kelulusan SMA ada yang ngajakin saya ke Gunung Ijen. Gunung Ijen? Terasa asing di telinga, ya meskipun begitu saya terima sajalah hitung-hitung cari pengalaman juga. Awalnya sih mereka bilang ada delapan orang yang join, tapi kenyataan saat mau berangkat, buset dah cuma empat itu pun cowok semua. Di pikiran saya pertamanya berangkat naik travel atau bis antar kota karena lokasi yang mau dikunjungi posisinya diluar kota, ternyata itu salah besar. Berangkat ke ijen empat orang cuma dengan cari tumpangan gratis, nekat benar kita berangkat.
Posisi Gunung Ijen ada di perbatasan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi, sedangkat saya dan temen-temen dari Kabupaten Lumajang. Tidak bisa dibayangkan bagaimana di perjalanan dengan cara yang benar-benar kabelum mainstream, yang biasanya menurut cerita orang perjalanan dari Lumajang ke Gunung Ijen cuma 6-8 jam jadi 24 jam. Mulai dari ditolak dengan tolakan halus sampai tolakan seperti ngajakin berantem, tiduran di masjid dan numpang rumah orang pun dijalani. “Betapa susah dan melelahkannya pejalanan ini” itulah yang selalu terpintas di pikiran saya, mungkin juga dipikiran temen-temen juga. Tapi masa modoh lah yang penting nanti sampai ke tujuan utama, sudah terlanjur juga, mau balik lagi ke Lumajang tanggung. Sebelum sampai Gunung Ijen juga ada obyek wisata yang belum terkenal. Air terjun sih tapi lumayang bagus lah sambil menghilangkan sedikit kepenatan bisa buat tempat istirahat.
Air Terjun Belerang Foto : Dok Pribadi |
Singkat cerita, nih sudah sampai loket
pembelian tiket masuk kawasan Gunung Ijen. Temen-temen kelihatan bahagia banget
dah wajahnya, tersenyum lebar dengan menanggung rasa capek. Ketika mau beli
tiket masuk, semua sudah siap-siap ngeluarin buget masing-masing, ternyata
temen-temen punya pemikiran yang sama seperti saya, yaitu harga tiket masuk
mahal. Kenyataan yang kami dapat harga tiket masuk waktu itu cuma Rp. 2000 per
orang, kamera jenis apapun kecuali Handphone Rp. 3000, dan tenda cuma Rp.
15.000 doang. Itu sih masih zamannya pak Susilo Bambang Yudoyono sebagai
Presiden, sekarang belum tau dah berapa. Akhirnya saya talangin aja dah tiket
semuaya, biar cepet. Setelah beli tiket langsung aja jalan lagi, kata petugas
tiketnya masih ada perjalanan 7 km. Sepanjang perjalan banyak sih yang barengan
juga, bukan hanya Wisatawan lokal aja tapi ada Wisatawan Mancanegara juga yang
berkunjung, dan pastinya orang-orang yang bekerja sebagai buruh angkut belerang
serta penambang. Banyak yang silir berganti lewat mengangkut belerang dari
puncak. Takjub melihat pemnadangan yang belum biasa, dari alam sekitar sampai
pemandangan sosial yang sedang terjadi.
Sekitar 2 jam dari pos tempat
pembelian tiket sampailah di puncak Gunung ijen. Bau belerang yang amat
menyengat sedikit bikin pusing kepala. Tapi keindahan alam mengalahkan semua
rasa, baik lapar, lelah, ngantuk, pusing, dan semua lah. Tergantikan semua
dengan keindahan yang didapat, mulai dari latar belakang pegununga yang luas
dan memanjang, sampai latar belakang kawah Ijen yang mengeluarkan asap belerang
yang menyengat. “This beautifull of Indonesia” dalam hati mengucap. Tak lupa saya
manjatin doa pas di puncak, katanya sih doa itu gampang dikabulin bila tempat
doanya makin tinggi (mitos), walau sebenernya sih saya berdoa nsayacpin
terimakasih dan rasa syukur yang dalem banget karena bisa ngeliat karya Tuhan
Yang Maha Esa seperti Gunung ijen ini. Puas foto-foto di puncak Gunung Ijen,
langsun pulang dah saya sana temen-temen. Walau sedikit kecewa sih kabelum bisa
ngeliat blue fire (api biru) yang katanya bagus banget.
Itu sih sebabnya karena bekal abis jadi langsung aja kita pulang, mungkin aja
kesempatan selanjutnya saya bisa ngeliat dengan jelas blue fire, Aminnn.
Perjalanan pulang sih nggandol lagi
kayak perjalanan berangkat ke Gunung Ijen. Tapi kali ini sedikit berbeda dengan
sebelumnya. Kali ini dapat tumpangan gratis dengan mobil Avanza¸masih baru
lagi. Yang berangkat awal 24 jam jadi cuma 7 jam sampai rumah, bersyukur banget
dah pokoknya. Oh iya, maaf nih sebelumnya, untuk pengambila gambar kualitasnya
kurang bagus, maklumlah masih dulu masih traveller pemula. Hehehe
Traveller Pemula Foto : Dok Pribadi |
asyik ya, aku belum pernah ke sana
BalasHapus